ayat tentang perempuan

Ayat Tentang Perempuan

  1. 1.      Q.S. An Nisa’: 1

 

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا

وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

Artinya :

Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.

 

  1. a.      Tafsir Mufradat

النَّاسُ                       : Manusia., adalah bentuk jama’ dari kata Insan.

اتَّقُوا رَبَّكُمُ                  : Takutlah kalian dari siksa Allah dengan cara mengikuti perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya.

مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ            : Dari jiwa yang satu, yaitu dari Adan Alaihissalam.

وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا        : Menciptakan Hawa dari Adam, yaitu dari tulang rusuknya.

وَبَثَّ                         : Menyebarkan di muka bumi anak keturunan dari mereka berdua, baik laki- laki maupun perempuan.

تَسَاءَلُونَ بِهِ                : Memohon kepada-Nya seperti jika seorang berkata kepada saudaranya, “Aku memohon kepadamu atas nama Allah agar kamu melakukan sesuatu untukku.”

وَالأرْحَامَ                   : bentuk jama’ dari kata Rahm. Maksudnya, bertakwa kepada Allah dengan selalu menjain hubungan silaturrahim dan tidak memutuskannya.

رَقِيبًا                                    : Yang mengawasi dan yang Maha mengetahui.[1]

  1. b.      Asbabul Nuzul

Sejauh ini dalam literatur yang penulis baca belum terdapat keterangan mengenai sebab diturunkannya ayat ini.

  1. c.       Tafsir Ayat

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ menurut Abu Ja’far maksud ayat tersebut perintah bagi manusia untuk tidak menyalahi perintah dan larangan Allah yang jika mereka melakukannya maka akan mendapatkan hukuman dariNya yang tidak akan mampu mereka tanggung.

الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ yang dimaksud adalah Adam.[2] Dalam ayat ini memang tidak disebutkan secara eksplisit nama Adam, begitu juga dengan Hawa.[3] Berbeda dengan Riffat Hasan menurut dia Adam di sini merupakan bahasa Ibrani yang berasal dari kata ‘Adamah yang berarti tanah. Munculnya sikap dan pandangan umat Islam bahwa Adam adalah ciptaan Tuhan yang pertama dan Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam, itu berasal dari Injil.

Sependapat dengan Riffat Hasan, Amina Wadud Muhsin membahas ayat dengan melihat komposisi bahasa dan teks kata per kata. Dengan melihat kata nafs tersebut mengandung makna netral, bisa menunjukkan pada laki- laki dan juga bisa menunjukkan perempuan. Begitu juga dengan kata zauj di sini tidak secara khusus menunjukkan laki- laki ataupun perempuan.[4]

Sedangkan yang dimaksud مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ adalah seorang lelaki.                                                                                                                           

وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا ini ditafsirkan oleh Abu Ja’far bahwa Allah menciptakan dari jiwa yang satu itu zauj-nya. Kata az-zauj artinya sosok yang kedua bagi jiwa yang satu itu, dan menurut ahli ta’wil adalah istrinya yaitu Hawa.[5] Sedangkan mengenai lafad مِنْهَا di sini menurut ar Razi, mengutip pendapat al Asfahani memeknainya bukan “dari Adam” namun berarti “dari jenisnya” yang sama dengan asal Adam.[6]

وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً maknanya adalah Allah memperkembangbiakkan dari keduanya (Adam dan Hawa) laki- laki dan perempuan yang banyak, yang telah dilihat oleh Allah.[7] Firman Allah مِنْهُمَا maksudnya dari Adam dan Hawa. Mujahid berkata, “Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam yang bengkok.” Hal ini berdasarkan sabda Nabi SAW,

خلقت المراءة من ضلع عوجاء

“Wanita diciptakan dari tuang rusuk yang bengkok”[8]

وَاتَّقُوا اللَّهَ adapun ta’wilnya yaitu “ wahai manusia, yang apabila sebagian dari kalian meminta kepada sebagian yang lainnya, maka dia akan meminta dengan mempergunakan nama-Nya. Orang yang meminta itu dengan berkata “ Aku memintamu dengan nama Allah”.

الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ ada yang menafsiri bertakwalah kepada Allah yang dengan namaNya kalian saling menyayangi, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Ada yang berpendapat bahwa itu adalah sebuah ucapan “aku memohon kepadamu (mempergunakan) nama Allah dan (dengan hubungan) silaturrahim”. Sebagian yang lain juga mengartikan “Takutlah kalian memutus (hubungan) silaturrahim”.dari Abu Ja’far sendiri mengartikan potongan ayat ini dengan “Takutlah kalian kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kalian saling meminta, dan takutlah kalian untuk memutus hubungan silaturrahim”. Itu karena lafad وَالأرْحَامَ di athof-kan kepada nama Allah dari sisi i’rab-nya yang berharakat nashab.

إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا “Allah senantiasa mengawasi kalian, lafad عَلَيْكُمْ di sini yang dimaksud adalah manusia. Sedangkan رَقِيبًا bermakna Maha Memelihara, Maha Memperhitungkan amal perbuatan kalian, dan Maha Mmencermata pemeliharaan serta pembinaan kalian terhadap keagungan silaturrahim, atau pemutus dan penyia- nyiaan kemuliaannya.[9]

  1. d.      Kontekstual Ayat

Sebagaimana terdapat dalam al Qur’an bahwasannya di hadapan Allah semua manusia itu sama, baik laki- laki maupun perempuan yang membedakan hanyalah tingkat ketaqwaan mereka. Namun di sisi lain terdapat beberapa ayat dalam al Qur’an pula yang secara tekstual seolah- olah lebih mengunggulkan laki- laki daripada perempuan. Hal ini mungkin terkadang mengacaukan pemahaman.

Namun sebenarnya dalam memahami teks ini harus diiringi dengan pemahaman secara kontekstual historis yang terjadi. Turunnya beberapa ayat yang merendahkan perempuan dilatarbelakangi adanya sejarah historis pada waktu itu yangmana perempuan memang sangat dianggap rendah.

Dari Q.S An Nisa’: 1 ini dapat dipahami bahwa baik laki- laki maupun perempuan memiliki fungsi timbal balik di antara keduanya. Misalnya dalam hal berkeluarga laki- laki berfungsi untuk memberikan nafkah bagi perempuan, sedangkan perempuan mengerjakan pekerjaan rumah, yangmana hal tersebut juga diperlukan demi kebaikan kelangsungan keluarga.

 

  1. Q.S. an-Nisa:32

وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ ۚ لِلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبُوا ۖ وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبْنَ ۚ وَاسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا

Terjemah

Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

a)      Asbabun nuzul

Dalam tafsir ath-Thabari disebutkan sebuah riwayat  bahwa Muhammad bin Basysyar menceritakan kepada kami, ia berkata: Mu’ammil menceritakan kepada kami, ia berkata: Sufyan menceritakan kepada kami dari Ibnu Abi Najih, dari Mujahid, ia berkata: Ummu Salamah berkata: “wahai Raulullah SAW, kami tidak dapat memberi warisan dan kami tidak dapat ikut berperang di jalan Allah sehingga kami dapat membunuh (musuh)?”Lalu turunlah ayat ini.[10]

Sedang dalam riwayat lain disebutkan : Abu Kuraib menceritakan kepada kami, ia berkata: Mu’awiyyah bin Hisyam menceritakan kepada kami dari Sufyan ats-Tsauri, dari Ibnu abi Najih dari Mujahid ia berkata: Ummu salamah berkata “wahai Rasulullah, kaum lelaki dapat berperang, sementara kami tidak. Kami juga hanya mendapat warisan setengah?” Lalu turunlah ayat ini.

b)     Tafsir mufrodat

وَلَا تَتَمَنَّوْا: kemauan dan hasrat untuk mencapai sesuatu. Jika kemauan ini disertai dengan harapan agar sesuatu yang diinginkan tersebut berpindah dari tangan orang lain ke dia, maka inilah yang disebut hasad.

مَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ: apa yang Allah ta’ala anugerahkan kepada salah seorang diantara kalian, baik berupa ilmu pengetahuan, harta, kehormatan maupun kekuasaan.

نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبُوا : balasan pahala dan azab sesuai dengan ketaatan dan kemaksiatan.[11]

c)      Tafsir ayat

Dalam tafsir ath-Thabari dijelaskan bahwa lafal “وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ” menurut Abu Ja’far maknanya adalah janganlah kamu iri dengan kelebihan yang telah dikaruniakan allah SWT kepada sebagian dari kamu. Abu ja’far menyebutkan bahwa ayat ini diturunkan kepaada wanita-wanita yang menginginkan kedudukan kaum lelaki, dengan harapan mendapatkan apa yang diperoleh kaum lelaki tersebut.  Oleh karena itu, Allah SWT melarang hambanya untuk berandai-andai tentang sesuatu yang batil, dan memerintahkan mereka agar meminta karuniaNya, karena berandai-andai dapat menimbulkan sifat iri, dengki dan terjerumus kedalam hal-hal tidak benar.[12] Sebagian ulama berpendapat bahwa makna ayat tersebut adalah janganlah kamu berangan-angan memperoleh derajat yang diberikan secara khusus oleh Allah kepada orang lain.[13]

Para ulama berpendapat apakah ghibthah (iri yang baik) termasuk dalam larangan ini, yaitu seseorang yang seseorang yang berkeinginan agar keadaanya seperti saudaranya dengan tanpa ada harapan hilangnya nikmat tersebut dari saudaranya.  Tetapi jumhur ulama termasuk Imam malik membolehkan ghibthah.[14]

لِلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبُوا ۖ وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبْن

Abu ja’far berkata bahwa pendapat yang paling kuat adalah pendapat yang mengatakan bahwa ayat tersebut adalah “kaum lelaki mendapat bagian dari Allah SWT berupa pahala dan siksa atas apa yang mereka lakukan, sesuai dengan kebaikan dan keburukan yang telah meraka perbuat. Begitu juga kaum wanita.[15]

وَاسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ mintalah taufiq (kesesuaian keinginan kita dengan kehendak Allah) dalam amal yang diridhaiNya. [16]

 إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا

            Abu ja’far berkata maknanya adalah, bahwa Allah SWT Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk hamba-hambaNya berkaitan dengan kebaikan yang Dia bagikan kepada mereka, dengan mengangkat derajat sebagian dari mereka atas sebagian yang lain dalam urusan dunia dan agama, dan hal-hal lainya dari ketentuan-ketentuan dan ketetapan-ketetapanNya pada mereka. Dia Maha Mengetahui semua janganlah kalian mengangan-angankan sesuatu yang tidak ditakdirkan untuk kalian, melainkan hendaknya kalian taat kepadaNya, menerima ketentuanNya, ridha dengan ketetapanNya, dan tetap memohon karuniaNya. [17]  

d)     Konteks sosial ayat

Pada surah an-Nisa ayat 32 ini hubungan ayat dengan konteks sosial salah satunya yaitu berkaitan dengan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Imam Syafi’i beranggapan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki peranan yang setara dalam masyarakat. Laki-laki dan perempuan memiliki fungsi sosial yang sama. Sama-sama bisa melakukan pekerjaan apa saja asalkan dia mempunyai kemampuan dan kapabilitas untuk itu. [18]

Allah menciptakan segala sesuatu dengan kodrat. Laki-laki dan perempuan memiliki kodrat sendiri-sendiri, keduanya memiliki perbedaan, minimal perbedaan dari segi anatomi biologis. Surah An-Nisa ayat 32 diatas mengisyaratkan bahwa pada diri manusia, laki-laki dan perempuan memiliki karakteristik-karakteristik yang dianugerahkan kepada Allah, dimana laki-laki tidak boleh mengirikan karakteristik yang dianugerahkan pada perempuan, begitupun sebaliknya. [19]

Ayat diatas juga mengisyaratkan bahwa antara laki-laki dan perempuan masing-masing mempunyai keistimewaan dan kualitas pribadi yang bisa melebihi satu sama lain. Keistimewaan dan kualitas pribadi ini bisa dianugerahkan Allah kepada siapa saja yang mau mengusahaknya dengan sungguh-sungguh.[20]

  1. Q.S. At-Taubah:71

tbqãZÏB÷sßJø9$#ur àM»oYÏB÷sßJø9$#ur öNßgàÒ÷èt/ âä!$uŠÏ9÷rr& <Ù÷èt/ 4 šcDù’trâßƒ Å$rã÷èyJø9$$Î/ tböqyg÷Ztƒur Ç`tã ̍s3ZßJø9$# šcqßJŠÉ)ãƒur no4qn=¢Á9šcqè?÷sãƒur no4qx.¨“9$# šcqãèŠÏÜãƒur ©!$# ÿ¼ã&s!qߙu‘ur 4 y7Í´¯»s9’ré& ãNßgçHxq÷Žzy™ ª!$# 3 ¨bÎ) ©!$# ͕tã ÒOŠÅ3ym ÇÐÊÈ    

Artinya:  dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

1)      Asbabun Nuzul

2)      Penafsiran Kata Kunci

öNßgàÒ÷èt/ âä!$uŠÏ9÷rr& <Ù÷èt/

mereka adalah penolong sebagian yang lain

šcDù’trâßƒ Å$rã÷èyJø9$$Î/ tböqyg÷Ztƒur Ç`tã ̍s3ZßJø9$#

mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf , mencegah dari yang mungkar. Yakni meganjurkandan menyuruh orang lain untuk beribadah kepada Allah. Mencegah dan melarang orang lain menyembah behala dan segala perbuatan yang mengiringi hal itu

cqßJŠÉ)ãƒur no4qn=¢Á9$# šcqè?÷sãƒur no4qx.¨“9$#

 mendirikan shalat, menunaikan zakat yakni  menurut Ibnu Abbas yang dimaksud dengan sholat yakni sholat lima waktu dan zakat adalah zakat yang wajib namun menurut penafsiran Ibnu Athiyyah yang di maksud sholat adalah sholat sunnah karena orang yang mendirikan sholat sunnah pasti tekun sholat wajibnya

šcqãèŠÏÜãƒur ©!$# ÿ¼ã&s!qߙu‘ur  

Taat kepada Allah adalah menaati segala perintah yang diwajibkan oleh-Nya melalui AL-Qur’an, sedangkan taat kepada Rasulnya yakni taan kepada titahnya melalui sabda Beliau

 

NßgçHxq÷Žzy™ : akan secepatnya dimasukan kedalam janji  pemberian rahmat, janji Allah pasti dipenuhi

3). Penafsiran Ayat

Ayat sangat berhubungan dengan ayat selanjutnya yakni surah AT-Taubah ayat 72 yakni

y‰tãur ª!$# šúüÏZÏB÷sßJø9$# ÏM»oYÏB÷sßJø9$#ur ;M»¨Zy_ “̍øgrB `ÏB $ygÏGøtrB ㍻yg÷RF{$# tûïÏ$Î#»yz $pkŽÏù z`Å3»|¡tBur Zpt6ÍhŠsÛ †Îû ÏM»¨Zy_ 5bô‰tã 4 ×bºuqôÊ͑ur šÆÏiB «!$# çŽt9ò2r& 4 y7Ï9ºsŒ uqèd ã—öqxÿø9$# ÞOŠÏàyèø9$# ÇÐËÈ  

72. Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga ‘Adn. dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar.

ayat ini menggambarkan bahwa orang-orang mukmin bertolak belakang dengan orang-orang munafik ,sekaligus sebagai motifasi atau dorongan kepada kaum munafik dan selain mereka agar tertarik mengubah sifat buruk mereka.  Laki-laki dan perempuan (mu’min) , mereka senasib dan seperjuangan dalam kemantapan iman oleh karenanya mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Bukti kemantapan iman  mereka (laki-laki dan perempuan)  yakni mereka menyuruh melakukan yang Ma’ruf , mencegah perbuatan yang mungkar, melaksanakan shalat, dengan khusyuk dan bersinambung, menunaikan zakat dengan sempurna , dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya menyangkut segala tuntunan-Nya . mereka itu pasti akan dihormati Allah dengan rahmat Khusus ;sesungguhnya Allah Maha perkasa tidak dapat di kalahkan di batalkan kehendak-Nya oleh siapapun lagi maha bijaksana dalam semua ketetapanya. Laki-laki dan perempuan mukmin di janjikan atas surge dan menikmati tempat-tempat bagus  yakni istana-istana Hunian di surge ‘And, selain itu (laki-laki dan perempuan mu’min) mendapatkan Ridha Allah, itu adalah keberuntungan yang besar tiada keberuntungan yang melebihinya

4). Konteks Sosial

Presepsi sosial sering beranggapan bahwa kaum laki-laki adalah kaum yang memiliki kepribadian yang kuat, jantan, penanggung jawab ekonomi keluarga, rasional namun sebaliknya perempuan , sosok ini di kenal memiliki peribadi yang sentimental, lemah, yakni makhluk nomor dua setelah laki-laki. Hal seperti ini telah mendarah daging di lingkungan masyarakat hingga saat ini. Banyak fenomena yang bahwa wanita hanya ada di bawah baying-bayang suaminya yakni  banyak ulama-ulama yang di dominasi oleh laki-laki dan para juru dakwahpun laki-laki walau ada perempuan itu sangat sedikit sekali .

Namun berjalanya zaman yang semakin maju, banyak anak-anak manusia yang berfikir maju para tokoh feminisme yang bermunculan seperti contohnya sekarang ada komunitas ulama perempuan. Di dalamnya yang menjujung martabat wanita bahwa di dadalam kewajuban bertakwa kepada Allah tidak hanya laki-laki melainkan perempuan juga.sebagaimana laki-laki berasal dari laki-laki dan perempuan, maka demikian pila halnya perempuan berasal dari laki-laki perempuan , kedua-duanya sama manusia tak ada kelebihan yang satu dari yang lain tentang penilaian iman dan amalnya.

 

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas mengenai ayat-ayat tentang perempuan, kesimpulan yang dapat diambil yaitu bahwasanya diantara laki-laki dan perempuan secara kontekstual mereka mempunyai hubungan timbal balik. Meskpun terdapat perbedaan, namun pada dasarnya masing-masing dari laki-laki dan perempuan memiliki keunggulan dalam bidang yang berbeda sesuai dengan kodratnya.

Oleh karena itu baik laki-laki dan perempuan tidak boleh mempunyai perasaan iri terhadap apa yuang dimilki oleh satu sama lain. Selanjutnya pada surah at-Taubah : 71 dapat disimpulkan bahwa laki-laki dan perempuan memilki peranan yang sama dalam beragama, mereka sama-sama diperintahkan untuk menjalankan syari’at agama dan juga saling mengingatkan dalam amar ma’ruf nahi munkar.


[1] Syaikh Abu Bakar Jabir Al Jairi, Tafsir Al Qur’an Al Aisar(jld 2), Jakarta: Darus Sunnah, 2007.

[2] Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath thabari, Tafsir Ath Thabari, Jakarta: Pustaka Azzam, 2008, vol.6.

[3] Nurjannah Ismail, Perempuan Dalam Pasungan, Bias Laki- Laki dalam Penafsiran, Yogyakarta: LkiS, 2003, hlm 166.

[4] ibid

[5] ibid

[6] Nurjannah Ismail, Perempuan Dalam Pasungan, Bias Laki- Laki dalam Penafsiran, Yogyakarta: LkiS, 2003, hlm 168.

[7] ibid

[8] Tafsir Al Qurthubi

[9] Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath thabari, Tafsir Ath Thabari, Jakarta: Pustaka Azzam, 2008, vol.6.

[10] Abu Ja’far Muhammad Bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari Jilid 6, Terj. Akhmad Affandi, (Jakarta: Pustaka Azzam.2008), Hlm. 842.

[11] Syaik Abu Bakar Al-Jabir Al-Jazairi, Tafsir Al-Qur’an Al-Aisar Jilid 2,Terj. M. Azhari Hatim Dan Abdurrahman Mukti,  (Jakarta: Darus Sunnah,2007), Hlm.370.

[12] Abu Ja’far Muhammad Bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari Jilid 6, (Jakarta: Pustaka Azzam.2008), Hlm. 842.

[13] Abu Ja’far Muhammad Bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari Jilid 6, (Jakarta: Pustaka Azzam.2008), Hlm. 846.

[14] Syaikh Imam Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi Jilid 5 Terj. Ahmad Rijali Kadir,(Jakarta:Pustaka Azzam, 2008), Hlm. 378.

[15] Abu Ja’far Muhammad Bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari Jilid 6, (Jakarta: Pustaka Azzam.2008), Hlm. 851.

[16] Syaikh Imam Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi Jilid 5, (Jakarta:Pustaka Azzam, 2008), Hlm. 384.

[17] Abu Ja’far Muhammad Bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari Jilid 6, (Jakarta: Pustaka Azzam.2008), Hlm. 854.

[18] Zaenul Mahmudi, Sosiologi Fiqih Perempuan: Formulasi Dialektis Fikih Perempuan Dengan Kondisi Dalam Pandangan Imam Syafi’i, (Malang: Uin Malang Press.2009).Hlm152-153.

[19] Zaenul Mahmudi, Sosiologi Fiqih Perempuan, (Malang: Uin Malang Press.2009).Hlm. 70-71.

[20] Zaenul Mahmudi, Sosiologi Fiqih Perempuan, (Malang: Uin Malang Press.2009).Hlm. 73.

 

Tinggalkan komentar